Kalian semua mungkin sudah tau rasanya bagaimana digituin
seperti judul diatas. Ya, “Guillotine”. Atau
dalam bahasa Indonesianya “Disembelih”. Sebentar,
yang disembelih disini bukan gua, melainkan titit gua. Ya, disini gua akan
berkisah tentang masa kecil gua sewaktu mau di “Guillotined” (*Baca=Ditititin/Disembelih/Dibikin tidak berdaya) sama
situkang sunat.
Kurang jelas kapan itu kejadian, yang pasti sekitar kelas 3
SD. Liburan panjang waktu itu gua bukannya bersenang-senang seperti anak-anak
yang lain, gua malah menangis berdua sama titit gua.
Bersambung…
Seperti kebanyakan anak-anak lelaki yang akan disunat, gua
wajar aja kalo ketakutan. Yang tidak wajar adalah setelah disunat gua malah
minta nambah. Bukannya malah tambah bagus, mungkin gua akan berubah menjadi Transgender. Setelah emak dan kakek gua
ngebujuk gua untuk ber-sunat, akhirnya kami berangkat, bukan, bukan naik mobil,
tapi naik Becak. Yeah… Bisa kebayang
gimana jadinya gua, dengan menggunakan sarung sebagai penutup, tanpa kolor atau
apapun, gua bisa leluasa merasakan angin diselangkangan gua, rasanya kayak
disemprot pakai rexona.
Akhirnya gua nyampe, gua tambah nervous, bingung mau gimana, gua berinisiatif untuk lari sambil
ngangkat sarung yang pakai supaya tambah aerodinamis, tapi itu cuma rencana
gua, kenyataannya gua enggak ngelakuin itu. Gila aja kalo misalkan gua begitu,
mungkin emak sama kakek gua bakal bilang gini.
‘Bukan pak, itu bukan
keluarga kami, kami cuman disuruh nganter buat
sunat’ kata emak dan kakek
kepada orang-orang yang tidak bias ngomong sehabis ngeliat gua.
Gua masuk, emak gua masuk, kakek gua masuk, abang jefri juga
ikutan masuk. Kami disuruh nunggu. Diruangan tunggu gua ngedengar suara agak
samar teriakan minta tolong dari ruang jagal. Kamprhet, gua makin gugup, bibir jadi putih, badan jadi biru,
keringat pada keluar, dan gua koma satu minggu.
Pasien satu demi satu dipanggil, sekarang cumin tinggal gua
sama anak yang terakhir sebelum gua. Dia dipanggil tukang jagal, dia masuk dan
menutup pintu, gua ngeliatin dan terjadi keheningan sesaat..
Hening…
Tiba tiba ada yang teriak ‘MAAAAAKK TOLOOOOONG MAAAAAK!’
Gugup gua tambah menjadi-jadi, gua sudah siap mati.
Enggak lama habis itu, si-anak yang tadi itu keluar dari
ruangan jagal saambil nangis dan sambil setengah telanjang. Karena dia setengah
telanjang, gua gak sengaja ngeliat tititnya, dan kenyataannya…. Tititnya lempak
separo… mirip kayak ular anaconda kena ajab.
Karena rasa takut yang luar biasa, gua dipulangkan, bukan
gua yang minta pulang, tetapi gua dipulangkan. Sesaat gua berpikir sudah
selamat dari tempat setengah neraka itu. Tapi sampai rumah emak gua malah
manggilin mantri buat nyunat gua secara pribadi dirumah.
Setelah simantri datang, hidup gua sekarang lebih
menyenangkan…
No comments:
Post a Comment